Kisah Seorang Penjual Koran ^___^


sumber : google.com




Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lenggang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual koran, yang bernama Doni.

Menjelang pukul 5 pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit.

“Ambil berapa Don?” tanya bang Karno.

“Biasa saja,” jawab Doni.

Bang Karno mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Doni untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat.

Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab.

Sesampainya disuatu rumah, ia melemparkan korannya melewati gerbang. Tanpa diduga si pemilik rumah melihat kejadian kurang sopan tersebut. Sambil keluar rumah, ia berteriak ke Doni.

“Woyyy, penjual koran kurang ajar!!!!!!”

Dengan rasa takut yang berlebih Doni mengayuh sepedanya sangat kencang. Hingga sampai di pertigaan jalan, Doni hampir saja tertabrak motor. Doni memang agak kacau hari itu, karena kata Adi sahabat dekat Doni. Ibunya Doni sedang sakit keras.

Sesudah mengantar semua koran ke pelanggan, Doni pulang akan tetapi mampir ke apotek untuk membelikan ibunya obat.

“apakah ada obat batuk untuk ibu-ibu?” tanya Doni ke petugas apotek.

Setelah Doni mendapatkan obat yang dia mau, dia segera pulang. Sesampainya di rumah, Doni memberikan obat itu.

“ini bu, minumlah obatnya. Agar ibu lekas sembuh” kata Doni dengan lembut.

“iya nak, terimakasih” balas ibunya.

Doni dan ibunya hanya tinggal berdua, ayah Doni suah lama meninggal. Mereka hidup di perkampungan kumuh.

Malam hari tiba, udara dingin masuk melalui celah-celah rumah Doni. Doni dan ibunya sedang makan seadanya waktu itu.

“Doni, maafkan ibu ya. Sudah membuat hidupmu susah.” Kata ibu Doni dengan nada merendah.

“Tidak, ini bukan salah ibu kok, aku sudah cukup senang hidup seperti ini asal ada ibu disampingku” jawab Doni sambil memeluk erat tubuh ibunya.

Doni sangat menyayangi ibunya, terlebih lagi sekarang ibu Doni sedang batuk parah.

Hari demi hari dilewati Doni dan ibunya dengan penuh perjuangan. Pernah suatu hari, tanpa sepengetahuan Doni ibunya memulung mencari sampah sendirian. Ibu Doni nekat memulung karena tidak tega melihat Doni bekerja keras setiap hari sendirian. Kurang lebih 2 bulan, ibu Doni memulung tanpa sepengetahuan Doni. Karena tindakan nekatnya itu, ibu Doni semakin sakit.

“bu, bagaimana kalau aku bawa ibu ke rumah sakit saja?” tanya Doni dengan sedikit menetesakan air matanya.

“ga usah nak, ibu masih kuat kok,” jawab ibu Doni, disertai batuk-batuk.

“nak, ibu mau mengakui sesuatu, namun ibu mohonkamu jangan marah.” 

“ya bu, katakan saja” jawab Doni.

“jadi gini sebenarnya dua bulan terakhir ini ibu nekat memulung, ibu tidak tega melihat kamu bekerja keras setiap hari sendirian” kata ibu sambil menatap mata Doni.

“ahh, yang benar bu? Kan ibu masih sakit” jawab Doni sambil memeluk tubuh ibunya.

“maksih ya bu, Doni sayang sama ibu.”

Tanpa disangka, tubuh ibu Doni melemas dan jatuh bersama Doni yang sedang memeluknya. Ibu Doni meninggal dunia dipelukan Doni. Kini Doni tinggal sendiri dirumah reot, ditengah-tengah permukiman kumuh dipinggiran Jakarta.
~~~~~  TAMAT  ~~~~~

Thanks udah baca sampai akhir ya gaes, ini sebenernya tugas cerpen bahasa indonesia di sekolah. Mubazir kalau Cuma dikumpulin dan dapet nilai kan hihihih jadi gw posting aja di blog lama ini  kritik saran atau apapun itu bisa kalian tulis dibagian komentar bawah postingan ini  see you gaes..

Post a Comment

13 Comments

Berkomentarlah sesuka hati kalian, bebas promo blog kalian di blog ini, asal nggak promo blog yang porno atau perjudian, terimakasih